Dengan akal, manusia mampu berlogika. Manusia-manusia yang mampu berlogika dengan baik, pada akhirnya menemukan berbagai ilmu pengetahuan dan terus mengembangkannya. Logika berpikir menghubungkan satu ilmu pengetahuan dengan ilmu pengetahuan lainnya, sehingga memunculkan berbagai penemuan dan inovasi baru, Teknologi Informasi adalah salah satu contohnya.
Manusia dapat memahami fenomena alam dengan kemampuan berlogika sehingga dapat menentukan mana yang benar dan salah, mana yang valid dan tidak valid. Namun norma-norma benar dan salah dalam kehidupan tidaklah dapat ditentukan dengan hanya kemampuan ber-logika. Petunjuk atau Wahyu dari Tuhan alam semesta-lah yang menentukan salah dan benar, walaupun pada kenyataannya keyakinan terhadap Petunjuk atau Wahyu masing-masing kelompok manusia berbeda.
Ketika sekelompok manusia meyakini satu petunjuk hidup atau Wahyu dari Tuhan, maka petunjuk itu diyakini kebenarannya untuk ditaati. Akal digunakan untuk memahami petunjuk yang diyakini, namun logika yang merupakan produk dari akal manusia, tidak pada tempatnya mempertanyakan kaidah-kaidah dan aturan dalam Wahyu Tuhan. Logika manusia mungkin mempertanyakan mengapa makanan haram untuk dimakan, kenapa mengeluarkan kentut membatalkan wudhu, kenapa sholat shubuh 2 rakaat, kenapa harus berpuasa, kenapa harus ber-haji. Untuk ini logika manusia harus mengalah dan hanya patuh terhadap suatu aturan Tuhan yang diyakini tersebut. Logika manusia hanya mampu menangkap isyarat lain, bahwa ada hikmah dari suatu aturan Tuhan itu.
Namun demikian logika manusia akan mempertanyakan sekelompok manusia lain, ketika aturan atau petunjuk dari Tuhan itu diyakini dan harus ditaati namun kenyataan tidak dipatuhi. Logika manusia mempertanyakan kenapa ada manusia lain mengaku islam tapi tak tahu tatacara wudhu dan sholat, menyembah berhala, menyembah kuburan, mengeluarkan fitnah, membuat hoak, meneriakkan ujaran kebencian, memaki-maki, berkata kasar, berburuk sangka, mengadu domba, berbuat riya, membeli suara, menuhankan manusia, nafsu berkuasa, tak mau sedikitpun menghargai, menganggap manusia tak ada benarnya sedikitpun, selalu mencari kesalahan atau mengutuk seseorang selalu disalahkan, dan seterusnya. Padahal premis berkenaan dengan agama Islam tidaklah demikian, sehingga logika wajib mepertanyakannya….
Blogger Comment
Facebook Comment