Hitungan empat puluh kinipun pergi berlalu,
bersama perginya sosok wajah lembutmu…..
yang tak pernah dan tak akan pernah lagi kutemui
pada dunia sudah begitu usang ini..
Rela hati akan ketetapan itu,
namun ku ingin masih tetap mengenangmu…
mengenang demi segala pengharapanku untukmu
kepada sang Pencipta takdirmu...
Diri tak lagi ingin meratap pilu,
namun bayangmu tak bisa lepas dari ingatan…
semata semua hanya karena segala rindu…
rindu akan senda gurauan,
rindu pada lirih ucap bibirmu,
rindu akan dirimu dalam kesahajaan.
rindu segala rindu….
Rinduku melahirkan tetes air mata,
ketika sadar banyak rencanaku tak menjadi nyata untukmu…
Rinduku mencipta senyum haru bahagia,
ketika tampak kilas balik di pelupuk mata…
saat tulus kasih sayangmu hangat memeluk jiwa
saat belai demi belaimu menyiram raga
saat segala pinta, kau kabulkan dengan rela
saat segalanya demi cinta kau lakukan untuk buah hatimu semua…
Rinduku membangun banyak renungan,
ketika kesahajaan sikap kau perlihatkan…
saat kesahajaan tampilan diri kau tontonkan……
Daku kini sadar dalam renungan….
ketika detik-detik waktu dulu yang kita miliki bersama
Nyata.., begitu bergelimang pelajaran hidup kau suguhkan
Pelajaran akan arti abdi sesungguhnya kepada sang Pencipta
pelajaran arti sebuah keikhlasan
pelajaran ketika tak perlu berhura saat bergelimang harta
pelajaran menyantuni sesama
pelajaran dan pelajaran….
Engkau bukanlah sarjana yang penuh dengan berbagai gelar sandaran
bukan ilmuwan dengan segudang penemuan
bukanlah ulama dengan segunung ilmu agama
Engkau hanyalah biasa dan biasa
Engkau bukanlah guru sang pendidik
bukan pula pandai mencipta indahnya lirik
tidak pula pintar bermain kata
Engkau hanyalah biasa dan biasa…..
Yang engkau tahu dirimu hanyalah hamba,
hamba yang tunduk pada Pencipta dunia
Engkau tahu dan hanya ingin tahu semua karena pemilik dunia…
Ketika lidah dan bibirmu bekata,
Penciptamu-lah yang menjadikan suara…
Ketika tanganmu bertakbir,
Penciptamu-lah yang menggerakkan…
Ketika telingamu mendengar,
Penciptamu-lah yang memperdengarkan…
Ketika dan terus ketika,
hanyalah karena sang Pemilik dunia dan Pemilik dunia
Kutahu semua itu tak perlu segudang kecerdasan
tak perlu segunung ilmu agama
tak perlu banyak gelar ilmuwan
tak perlu belajar bersyair dan bermain kata
kau hanya perlu sebuah keikhlasan…..
engaku hanya perlu totalitas kepasrahan dan kepasrahan…
karena itulah akhir tujuan dari iman
Wahai engkau, Ibu….
Betapa kini kusadar…
Apalah arti segudang ilmu,
bila semua tak pernah terbagi keluar
Apalah guna harta,
bila hanya sekedar tumpukan…
apalah makna segunung ilmu agama,
bila diri tak mampu berbuat ikhsan..
Wahai Ibundaku sayang…
Betapa kini kutahu…
Engkau tidak hanya pemberi kasih sayang,
kau juga seorang guru…
pemberi contoh sebagai nasehat nyata…
Bahagialah engkau disana, wahai bundaku…
nikmatilah jerih payah pengabdianmu kepada sang Pencipta
Doa yang engkau dengungkan selalu…
meninggalkan dunia dengan khusnul khotimah,
ku yakin seperti itulah akhirnya...
Doa yang engkau lantunkan…
saat dekat akhirmu tak ingin membuat orang memikul beban
telah berlaku seperti yang engkau inginkann….
Selamat jalan Ibu…
tak kan kubiarakan bibir ini berhenti berdoa untukmu
tak akan kelu lidah ini mengharap ampunan untukmu
tak akan lelah tangan ini menengadah buatmu…
Selamat jalan Ibu…. Selamat jalan Ibu…. Selamat Jalan Ibu…
Palembang, 9 April 2010
roel
- Blogger Comment
- Facebook Comment
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 komentar:
Post a Comment